Hanya 2,6 % Warga yang Percaya Tak Ada Korupsi di Banten
JAKARTA - Penyataan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad yang mengatakan korupsi di Provinsi Banten itu sangat luas juga dijadikan salah satu pertanyaan dalam survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia (IPI).
Direktur Eksekutif IPI, Burhanudin Muhtadi, saat memaparkan hasil survei bertajuk Shadow State; Evaluasi Rakyat Banten Atas Mandat Gubernur Ratu Atut Chosiyah menyebutkan, hanya 2,6 persen warga Banten yang menilai hampir tidak ada korupsi di Pemerintahan Banten.
"Praktek korupsi dan suap di Banten sudah sangat meluas. Hanya sekitar 2,6 persen warga yang menilai hampir tidak ada korupsi di pemerintahan Banten," katanya saat memaparkan hasil survei dikantor IPI, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (5/1/2014).
Sementara itu, warga Banten yang menilai ada sejumlah pejabat atau pegawai pemerintah Provinsi Banten yang korupsi atau menerima suap mencapai 39,9 persen. Kemudian, 28,6 persen menilai sebagian besar pegawai atau pejabat pemerintah Provinsi Banten melakukan korupsi atau menerima suap.
"Lalu 16,6 persen, warga Banten menilai pejabat atau pegawai pemerintah Provinsi Banten korupsi atau menerima suap," tandasnya.
Sedangkan yang memilih menjawab tidak tahu, hanya 12,3 persen. Pertanyaan serupa juga dilayangkan kepada responden atau warga di Tangsel. Di Pemerintah kota (Pemkot) yang dipimpin Wali Kota Airin Rachmi Diany yang tak lain istri dari tersangka kasus dugaan korupsi proyek Alat Kesehatan (Alkes) dan penanganan sengketa Pilkada Lebak, Banten, Tubagus Chaeri Wardhana alias Wawan ini ada 37,0 persen warga Tangsel yang menilai ada sejumlah pejabat atau pegawai Pemkot Tangsel yang korupsi atau menerima suap.
"Sedangkan warga Tangsel yang menilai hampir tidak ada korupsi di Pemerintahan Tangsel, hanya sekitar 8,1 persen, " ulasnya.
Selain itu, ada 28,5 persen warga Tangsel yang menilai sebagian besar pegawai atau pejabat Pemkot Tangsel melakukan korupsi atau menerima suap. Kemudian, 15 persen, menilai hampir semua pejabat atau pegawai Pemkot Tangsel korupsi atau menerima suap.
Sementara yang menjawab tidak tahu hanya 11,3 persen.
Survei ini dilakukan tanggal 22-29 Desember 2013, yang dilakukan kepada seluruh warga Indonesia di seluruh provinsi Banten yang sudah mempunyai hak pilih sudah berusia 17 tahun atau sudah menikah.
Namun, dengan Jumlah sampel basis 400 responden, dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling. Margin error ±5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Selain itu, untuk kebutuhan analisis, dilakukan over sampel di Tangerang Selatan (Tangsel) dengan total 195 responden (berarti ada 595 sample bila digabung 400 responden). Perlunya Tangsel perlu mendapat perhatian khusus karena keterkaitan erat antara tersangka dengan Tangsel. Margin errornya ± 7 persen.
Responden terpilih diwawancarai secara tatap muka, dengan masing-masing kelurahan atau desa terdiri dari 10 responden. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih. Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
(ful)
0 comments:
Post a Comment